
Tanggal 29 Apr 2025

Jam: 20:12:19

Total pengunjung: 360
Judul Buku: Ali bin Abi Thalib si Super Genius
Penulis: Masykur Arif Rahman
Penerbit: Diva Press
Tebal: 204 halaman
Seperti bukunya yang sebelumnya pernah
kami resensi (Tan Malaka), Masykur Arif Rahman menulis buku berjudul Ali bin Abi
Thalib si Super Genius ini dengan cara
sederhana, mudah dipahami, sekaligus
penuh informasi. Dalam buku ini, pembaca
bisa membayangkan seberapa jeniusnya
Sayyidina Ali ra melalui berbagai riwayat yang diceritakan oleh penulis. Selain itu,
penulis menganalisis kehidupan Ali ra, lalu
menyusun kesimpulan tentang 20 cara
belajar cerdas ala Ali ra dan lima rahasia
penunjang kecerdasan Ali ra. Ada pula
tips mendidik anak cerdas ala Sayyidina Ali. Tak heran bila buku ini dalam setahun
(2013) bisa cetak ulang hingga tiga kali.
Dalam buku ini disebutkan, kecerdasan Ali
ra meliputi berbagai macam disiplin ilmu,
mulai dari ilmu bahasa, pidato, hukum,
tafsir, akidah, sastra, sufisme, ilmu
perang, bahkan sains. Sangat wajar bila
banyak ilmuwan muslim yang merujuk kepada beliau. Kecerdasan dan ketinggian
ilmu Sayyidina Ali bersumber dari
Rasulullah, karena beliau sejak kecil
diasuh oleh Rasulullah, dan dialah yang
menyaksikan transformasi ruhani
Muhammad SAW, dari manusia biasa hingga menjadi Nabi dan Rasul-Nya.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, serta
hasil berguru langsung kepada Rasulullah,
ia mampu memikirkan, memahami,
menggali, dan menafsirkan hikmah yang
terkandung dalam hadits Rasulullah dan Al Quranul Karim.
Di antara ilmu yang berhutang budi pada
pemikiran Sayyidina Ali adalah ilmu tata
bahasa Arab. Abul Aswad Ad-Duali, orang
yang terkenal sebagai tokoh pertama
dalam ilmu Nahwu (gramatika bahasa
Arab), berguru kepada Ali ra. Ali-lah yang menjelaskan kepadanya jenis kata-kata
dalam tiga kategori secara sistematis,
yaitu ism, fi’il, dan harf. Dia juga
membagi kata benda dalam dua sifat,
nakirah dan ma’rifat. Dan seterusnya.
Berkat sistemisasi ini, orang-orang non Arab bisa lebih mudah mempelajari bahasa
Arab.
Ilmu tauhid atau ilmu kalam (teologi)
Islam, jika ditelusuri lebih jauh, para
tokoh pendiri aliran-aliran kalam tersebut
(Mu’tazilah, Asy’ariah, Syiah, dan banyak
lagi yang lain), merupakan murid dari
Sayyidina Ali. Ilmu fiqih pun bersumber dari Imam Ali. Misalnya, fiqih mazhab
Syafi’i, didirikan oleh Imam Syafii; Imam
Syafii adalah murid dari Muhammad al
Hasan. Muhammad Al Hasan belajar dari
Imam Hanafi (pendiri mazhab Hanafi).
Imam Hanafi belajar dari Ja’far bin Muhammad Al Hanafiah. Dan Muhammad
Al Hanafiah belajar dari ayahnya sendiri,
yaitu Sayyidina Ali ra.(halaman 16-17).
Lalu dimana rahasia kecerdasan Ali ra?
Penulis buku ini menyimpulkan, minimalnya
ada 20 rahasia kecerdasan Ali ra, antara
lain: belajar langsung dari Rasulullah
SAW, belajar pada Al Quran dan Hadits,
belajar pada orang salih terdahulu, belajar
pada alam, belajar pada binatang, belajar dengan sungguh-sungguh, berguru pada
ahlinya, belajar sambil berdoa, mengikat
ilmu dengan menuliskannya, menghormati
guru, dan lain-lain.
Contoh menarik tentang belajar pada
binatang, diungkap di buku ini halaman
52-53. Setelah mengamati burung dengan
cermat, Ali ra menyusun deskripsi yang
indah mengenai burung:
Mereka (burung-burung itu)
mempunyai berbagai sayap, dan
ciri merek adikuasai oleh kendali
wewenang (Allah). Mereka
mengepakkan sayap-sayap mereka
dalam keluasan angkasa yang besar, dan atmosfer yang
terbuka. Allah menciptakan
mereka dari tak ada dalam
bentuk-bentuk lahir yang aneh
dan menciptakan mereka dengan
persendian dan tulang-tulang yang diliputi daging. Dia mencegah
sebagian dari mereka untuk
terbang dengan mudah di udara,
karena badannya yang berat dan
hanya memperkenankan mereka
menggunakan sayapnya di dekat bumi. Allah menetapkan mereka
dalam warna yang berbeda-beda
dengan kekuasaan-Nya yang halus
dan daya cipta yang amat hebat.
Di bagian tips mendidik anak cerdas ala
Sayyidina Ali, penulis buku mengutip
berbagai hadis (perkataan) Ali ra terkait
pendidikan anak, misalnya:
-Jika engkau menasehati seorang anak
maka jangan kau sebutkan bagian dari
dosanya, agar rasa malunya tidak
menjadikannya keras kepala.
-Wajib atasmu menyayangi anakmu,
melebihi kasih sayangnya terhadapmu.
Dari kisah-kisah para tokoh-tokoh Islam,
memang sangat banyak yang bisa kita
pelajari dan ambil hikmahnya. Namun,
sebagaimana sabda Sayyidina Ali
“Alangkah banyaknya pelajaran, namun
sangat sedikit orang yang mengambil pelajaran.”
Sumber: liputanislam.com